Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Medan di Persimpangan 'Menavigasi Urbanisasi dan Politik'

Medan di Persimpangan 'Menavigasi Urbanisasi dan Politik'

Medan - Medan di Persimpangan 'Menavigasi Urbanisasi dan Politik'. Sebagai satu kota besar di Indonesia, memiliki prospek masa depan yang menjanjikan, namun tidak terlepas dari tantangan yang dihadapinya.

Dalam wawancara dengan Sohibul Anshor Siregar, seorang pengamat politik dan sosial, terungkap bahwa meskipun kondisi urbanisasi di Medan saat ini mengalami banyak masalah, seperti kemiskinan di pedesaan dan politik uang yang merajalela, ada harapan untuk perbaikan ke depan.

Sohibul menyoroti bahwa pemilu yang berlangsung terus-menerus tanpa adanya perubahan yang signifikan akan menghambat kemajuan kota. 

"Pemilu yang begitu-begitu saja tidak akan membuat kita naik kelas. Urbanisasi kota ini menderita pedesaan yang luar biasa buruknya," ujarnya dilansir dari laman nusantaraterkini.co pada Kamis (31/10/2024).

Menurutnya, tantangan birokrasi dan peluang digital merupakan faktor kunci dalam menarik investasi dan memperbaiki kondisi masyarakat.

Dalam konteks pemilihan kepala daerah (Pilkada), Sohibul optimis bahwa dengan kepemimpinan yang tepat, Medan dapat kembali direncanakan dengan baik.

 "Medan pernah direncanakan secara baik dan secara perencanaan unggul secara dunia. Optimis akan menjadi unggul tergantung siapa yang memimpin," katanya.

Sohibul juga menyoroti stigma negatif yang melekat pada Medan, yang membuat konsep "Gotham City" muncul sebagai harapan baru. Istilah ini, yang disatirkan oleh netizen, merepresentasikan harapan untuk perbaikan infrastruktur dan kualitas hidup masyarakat.

"Siapa yang menjadi pemenang yang akan unggul di kota Medan? Kepemimpinan yang tepat sangat dibutuhkan," imbuhnya.

Tantangan yang dihadapi Medan tidak hanya berasal dari dalam, tetapi juga dari luar. Sohibul menyebutkan bahwa pemilu 2024 diprediksi akan menjadi yang paling brutal, diwarnai oleh praktik politik uang yang semakin meresahkan. 

"Money politics bisa dihentikan oleh masyarakat. Rakyat harus berani menolak tawaran uang untuk memilih," tegasnya.

Dalam konteks pendidikan politik, Sohibul menilai bahwa kesenjangan antara pendidikan politik dan kinerja para calon sangat mencolok. Ia berharap masyarakat dapat lebih cerdas dalam memilih pemimpin yang benar-benar memahami dan peduli pada kebutuhan mereka.

Di akhir wawancara, Sohibul menekankan pentingnya keberanian dan integritas dalam politik untuk menciptakan Medan yang lebih baik.

 "Kita harus bisa mengontrol apa yang terjadi. Jika kita tidak menghentikan money politics, kita akan terus terjebak dalam lingkaran yang sama," pungkasnya.

Dengan harapan yang diletakkan pada kepemimpinan yang berkualitas dan partisipasi aktif masyarakat, Medan memiliki potensi untuk menjadi kota yang lebih baik di masa depan, sesuai dengan impian dan aspirasi warganya. (Akb)

Open Comments

Posting Komentar untuk "Medan di Persimpangan 'Menavigasi Urbanisasi dan Politik'"